BIBLE DEVOTIONS

27 February 2025

By Ronald Hendel


Pembunuhan Pertama


Persaingan antar saudara adalah fakta kehidupan. 

Kakak dan adik selalu bersaing dalam satu atau lain cara. 

Namun persaingan ini bisa menjadi terlalu jauh. Ketika paman Hamlet, Claudius, membunuh saudaranya sendiri agar bisa menjadi raja, dia mengaku:

Oh, pelanggaranku sangat berat.
Baunya sangat menyengat.
Ada kutukan tertua yang paling utama,
Pembunuhan saudara.

(William Shakespeare, Hamlet, Babak 3, Adegan 3)


"Kutukan tertua yang paling utama" tentu saja adalah kutukan Alkitabiah dari Adam dan Hawa atas Kain, yang membunuh saudaranya, Habel.


Mengapa Kain membunuh Habel?

Dalam kisah Alkitab, Kain memiliki beberapa motif untuk membunuh saudaranya, Habel. 

Motif yang paling jelas adalah kecemburuan karena Tuhan menerima persembahan Habel daripada persembahan Kain. 

Namun, ini lebih dari sekadar kecemburuan: Sebagai anak sulung, Kain memegang otoritas yang sah atas adiknya. 

Uraian tentang pengorbanan saudara-saudaranya mengisyaratkan keutamaan anak sulung:

Setelah beberapa waktu, Kain mempersembahkan kepada Tuhan persembahan dari hasil tanah itu, dan Habel juga mempersembahkan dari anak sulung kambing dombanya, yakni lemak-lemaknya. 

Maka Tuhan mengindahkan Habel dan persembahannya, tetapi Kain dan persembahannya tidak diindahkannya. (Kej 4:3-5)


Kata "anak sulung" mencirikan persembahan Habel, tetapi bukan persembahan Kain. 

Namun, Kain sendiri adalah anak sulung keluarga itu, yang mempersembahkan persembahannya terlebih dahulu. 

Dan menurut aturan umum otoritas keluarga, persembahannya harus diterima terlebih dahulu.  

Namun, kenyataannya tidak demikian—Allah menentang harapan dan hanya menerima persembahan dari anak bungsu. 

Perhatikan variasi gaya dalam urutan saudara-saudara dalam bagian ini: “Kain… Habel… Habel… Kain.” 

Urutan saudara-saudara itu seperti yang diharapkan ketika korban dipersembahkan, tetapi urutannya terbalik ketika Allah menanggapi. 

Baik dalam gaya maupun isi, menurut pandangan Allah, Habel didahulukan—dan Kain di akhir. 

Hirarki normal anak sulung dan anak bungsu terbalik.

***

Pembalikan ini—naiknya anak bungsu—merupakan motif yang sering muncul dalam Alkitab, khususnya dalam Kitab Kejadian, di mana anak bungsu secara konsisten diangkat di atas saudara-saudaranya: Ishak di atas Ismael, Yakub di atas Esau, Rahel di atas Lea, Yusuf di atas saudara-saudaranya, dan Efraim di atas Manasye. 

Naiknya Daud di atas saudara-saudaranya merupakan pengulangan motif yang sama di kemudian hari. 

Pilihan Allah atas persembahan Habel di atas persembahan Kain hanyalah yang pertama dalam rangkaian ini, tetapi tanggapan Kain menjadikannya yang paling mematikan.


Mengapa Kain mengelak dari pertanyaan Tuhan?

Pembalikan peran ini menambah kedalaman tanggapan Kain ketika Tuhan bertanya, setelah pembunuhan itu, "Di mana Habel, adikmu?" Kain menjawab, "Aku tidak tahu; apakah aku penjaga adikku?" (Kej 4:9). 

Ada banyak ironi di sini. Pertama, Kain tahu di mana Habel berada—dia membunuhnya. 

Dan yang lebih penting, sebagai kakak laki-laki, Kain memang seharusnya menjadi penjaga saudaranya (secara harfiah berarti "orang yang menjaga, melindungi"). 

Anak sulung memiliki wewenang dan tanggung jawab atas adik-adiknya.


***

Inilah sebabnya mengapa Ruben, anak sulung Yakub, meyakinkan saudara-saudaranya untuk tidak membunuh adik mereka, Yusuf. 

Dia mendesak, "Janganlah kita bunuh nyawanya... Janganlah menumpahkan darah" (Kej 37:21-22). 

Namun, Kain menolak kewajiban untuk merawat Habel; sebaliknya, dia bunuh diri.  

Dan darah Habel, yang tertumpah karena kekerasan, yang berseru kepada Tuhan dan melibatkan si pembunuh. 

Kebohongan Kain yang tak tahu malu ("Aku tidak tahu") terhapus oleh suara darah saudaranya. 

Tuhan menjawab Kain: "Apakah yang telah kauperbuat? Dengarkan; darah adikmu itu berteriak kepada-Ku dari tanah!" 

Dengan logika yang tak terelakkan dari penemuan ini, Tuhan mengutuk Kain "dari tanah, yang telah mengangakan mulutnya untuk menerima darah adikmu itu dari tanganmu" (Kej 4:11).


Kain, yang mempersembahkan korbannya "dari hasil tanah" dan telah menumpahkan darah saudaranya di tanah, sekarang dirinya sendiri dikutuk "dari tanah." 

Tidak lagi menjadi petani, ia menjadi pengembara, diusir dari tanah yang subur dan tinggal di Tanah Nod (secara harfiah "mengembara"). 

Setelah kehilangan keluarganya, mata pencahariannya, dan rumahnya, ia sekarang tinggal di luar peradaban, seorang pengembara tanpa akar. 

Dimana ia mengembara tidak ada hukum atau moralitas.  Maka ia mengeluh kepada Tuhan: "Barangsiapa bertemu denganku, ia akan membunuhku" (Kej. 4:14). 

Ini akan menjadi hukuman yang tepat bagi seorang pembunuh. Namun, Tuhan berbelas kasihan kepada Kain dan memberinya tanda agar tidak ada yang akan membunuhnya. 

Kain akan tetap hidup, tetapi keberadaannya hanyalah bayangan dari kehidupan sebelumnya.

***

Kematian Habel mengandung satu nuansa terakhir. Nama Habel (bahasa Ibrani, hebel) secara harfiah berarti "napas, kefanaan, ketidakkekalan." 

Anak itu sendiri adalah Tuan yang Tidak Berubah. 

Berdasarkan namanya, ia ditakdirkan untuk hidup yang singkat dan tanpa kejadian. 

Ini tidak meringankan rasa bersalah Kain, tetapi menyiratkan makna yang lebih dalam. 

Dalam satu pengertian, kita semua adalah Habel, yang ditakdirkan untuk kefanaan dan kematian. 

Namun, kita juga seperti Kain, yang tunduk pada kemarahan dan dorongan berdosa. 

Seperti yang diperingatkan Tuhan, "dosa sudah mengintip di pintu; ia menginginkan engkau, tetapi engkau harus menguasainya" (Kej. 4:7).  

Kita masing-masing adalah Kain bagi hati nurani kita sendiri, yang bertanggung jawab secara moral atas perbuatan kita. 

Kisah itu tampaknya mengatakan bahwa kita adalah keturunan rohani dari kedua saudara itu—yang terperangkap dalam problematika moral kehidupan, yang selamanya tinggal di suatu tempat "di sebelah timur Eden" (Kej 4:16).


Tahukah Anda?

- Anak sulung dalam Alkitab memiliki status yang tinggi dan harus mengurus adik-adiknya.

- Kenaikan pangkat adik bungsu merupakan motif yang sering muncul dalam Alkitab.

- Nama Abel berarti "yang cepat berlalu."


:)